motret.id, BANGKA SELATAN – Pembangunan Bendungan Mentukul yang menelan anggaran ratusan miliar rupiah dari pemerintah pusat yang berguna mendukung irigasi persawahan dan kesejahteraan petani, kini menghadapi ancaman besar.

Kawasan resapan air di hulu sungai Mentukul, yang berada di antara Desa Jeriji dan Desa Bikang, diduga dirambah untuk perkebunan kelapa sawit secara ilegal oleh seorang pengusaha yang disebut-sebut merupakan oknum politisi ternama di Bangka Belitung.

Kondisi ini menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat, termasuk tokoh masyarakat Bangka Selatan, Norman Adjis SH.

Pada 8 Februari 2023, Norman bersama rekan-rekannya melakukan kunjungan langsung ke lokasi dengan menaiki perahu dayung. Mereka menemukan alat berat yang sedang bekerja membuka lahan.

Baca Berita Lainnya  Kesbangpol Basel Terus Melaksanakan Sosialisasi ke Desa-Desa Mendekati Pesta Demokrasi 2024

“Kami mencoba menanyakan kelengkapan surat menyurat kepada operator alat berat, namun tidak mendapat tanggapan,” ujar Norman kepada tim Jobber (journalis Babel Bergerak) Kamis (16/1/2025).

Akibatnya, aktivitas alat berat dihentikan secara langsung oleh Norman dan rombongannya.

Dalam unggahan media sosial pada 10 Februari 2023, Norman menegaskan bahwa tindakan perambahan tersebut merugikan masyarakat petani, khususnya di Desa Rias, yang bergantung pada Bendungan Mentukul untuk irigasi. Desa ini mencatat produksi gabah mencapai 4 hingga 6 ton per hektare dengan luas sawah tertanam sekitar 2.750 hektare.

Baca Berita Lainnya  PMI Kabupaten Bangka Selatan Adakan Donor Darah Sukarela

Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, Risvandika SP, mengatakan pihaknya belum mengetahui detail aktivitas tersebut, tetapi mendapatkan informasi dari masyarakat sekitar.

Ia mengingatkan bahwa aktivitas di kawasan resapan air akan berdampak langsung pada debit air bendungan.

“Saat ini, daerah resapan air di Desa Rias dan Serdang mencakup sekitar 3.000 hektare. Jika terganggu oleh aktivitas seperti ini, maka debit air untuk irigasi pasti akan berkurang,” jelas Risvandika.